masukkan script iklan disini
Medan(MMO)
*Medan, 10 Oktober 2024* — Ketua Umum DPP Generasi Negarawan Indonesia (GNI) sekaligus pemerhati pendidikan, Rules Gaja, S.Kom, menyoroti fenomena perkelahian anak di sekolah sebagai dinamika sosial yang kompleks dan perlu mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak. Ia menekankan bahwa perkelahian di kalangan pelajar bukanlah hal yang sepele, melainkan mencerminkan masalah yang lebih luas terkait hubungan sosial, lingkungan, dan pola asuh.
"Perkelahian di sekolah seringkali dianggap sebagai masalah disiplin semata, padahal di balik itu terdapat persoalan yang lebih dalam. Fenomena ini merupakan bagian dari dinamika sosial anak-anak yang masih dalam proses pencarian identitas diri dan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Jika kita hanya menekankan hukuman tanpa pemahaman, kita melewatkan kesempatan penting untuk membina karakter anak," ujar Rules Gaja dalam keterangannya kepada media.
Menurut Rules Gaja, akar dari fenomena ini seringkali berasal dari lingkungan sosial anak, baik di rumah maupun di sekolah. Ketidakharmonisan di keluarga, tekanan akademis, dan pengaruh negatif dari teman sebaya bisa menjadi faktor pemicu. Namun, ia juga menegaskan bahwa perkelahian tersebut tidak bisa dipandang sebagai sebuah kegagalan total dari sistem pendidikan, melainkan sebagai bagian dari proses sosial yang harus diatasi dengan kebijaksanaan.
**Pentingnya Pendidikan Karakter**
Untuk menghadapi masalah ini, Rules Gaja mendorong perlunya penguatan pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Ia berpendapat bahwa pendidikan formal tidak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi juga harus mengedepankan nilai-nilai moral dan sosial. "Sekolah harus menjadi tempat yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membangun kepribadian anak. Nilai-nilai seperti toleransi, empati, kejujuran, dan kerjasama harus menjadi bagian dari kurikulum sekolah," jelasnya.
Ia mencontohkan berbagai pendekatan yang dapat diambil, seperti program mentoring antar siswa, kegiatan diskusi kelompok tentang resolusi konflik, dan pelatihan keterampilan sosial. Dengan cara ini, anak-anak dapat lebih memahami cara yang lebih positif untuk menyelesaikan masalah tanpa kekerasan.
"Siswa perlu diajari bagaimana mengelola emosi mereka, bagaimana berkomunikasi dengan baik, dan bagaimana memahami sudut pandang orang lain. Jika kita fokus pada pencegahan melalui pendidikan karakter, kita bisa mengurangi kasus-kasus perkelahian di sekolah," tambah Rules Gaja.
**Peran Orang Tua dan Lingkungan Sosial**
Selain sekolah, Rules Gaja juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam menangani permasalahan ini. Ia menyebut bahwa anak-anak sering kali meniru perilaku yang mereka lihat di rumah, sehingga pola asuh yang baik dan harmonis menjadi kunci dalam pembentukan karakter anak.
"Orang tua harus lebih peka terhadap perubahan perilaku anak-anak mereka. Komunikasi yang terbuka dan pendekatan yang penuh kasih sayang bisa membantu anak-anak mengatasi masalah mereka tanpa harus melibatkan kekerasan," ujarnya.
Ia juga mengajak masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap anak-anak di lingkungan mereka. Lingkungan sosial yang positif, menurutnya, sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku anak. "Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh dengan kekerasan atau ketidakpedulian, maka besar kemungkinan mereka akan menganggap perilaku tersebut sebagai hal yang normal. Karena itu, lingkungan sosial yang sehat sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya perkelahian di sekolah."
**Membangun Sinergi untuk Masa Depan Pendidikan yang Lebih Baik**
Rules Gaja juga mengajak semua pihak, mulai dari pihak sekolah, orang tua, hingga pemerintah, untuk bersinergi dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih baik. Ia percaya bahwa dengan kerjasama yang kuat antara semua elemen masyarakat, fenomena perkelahian di sekolah dapat diminimalisir.
"Pemerintah juga harus mendukung dengan kebijakan yang tepat, misalnya dengan menyediakan lebih banyak pelatihan untuk guru-guru dalam hal pengelolaan konflik dan pendidikan karakter. Guru harus dibekali dengan keterampilan yang memadai untuk bisa menangani konflik di kelas secara efektif," ungkapnya.
Sebagai penutup, Rules Gaja menekankan bahwa pendidikan karakter harus menjadi prioritas dalam membangun generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang baik. "Ini adalah tantangan besar bagi kita semua. Namun, jika kita bekerja bersama, saya yakin kita bisa menciptakan generasi masa depan yang lebih baik dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat," tutupnya.
Dengan demikian, perkelahian di sekolah bukan sekadar tindakan negatif, melainkan bagian dari proses pembelajaran sosial yang memerlukan perhatian dan solusi yang tepat dari seluruh elemen masyarakat.(Lestiana Munte)